Sunday 31 December 2017

JENDELA


        Menunggu hingga senja kembali turun di muka jendela, seiring terbentur luka Ia menumpu pada kursi roda dan bertanya tentang mengapa rindu itu menyulitkan?

          Titik air sisa hujan memantulkan cahaya pada ranting ranting yang ditiup angin, mereka berhembus meski tak pernah membawa kabar tentang gelisahnya. Sebelum selimut malam mengakhiri senja, ribuan kata maaf terus membeku pada cerita yang lama tenggelam, tertelan masa suram. Bersama masa lalu ia pecandu rindu yang sayangnya terbelenggu, tak pernah tahu, mengancam sebuah temu. Ia juga pencinta yang nyatanya buta karena merasa yang ia terima tak pernah sama.

      Saat kepergian menunjukan wujudnya untuk dicicipi bersama kopi di satu senja. janganlah lagi rasanya harus membenci semesta. Faktanya, rasa bukan sekedar selalu ada dan apa adanya, lebih dari mengerti dan mau dimengerti, semua hanya tentang mencintai seadanya, dan merindu sewajarnya.

Rizkia, 29.12.17

No comments:

Post a Comment