Terima kasih untukmu dan secangkir kopi.
Yang telah membuat ku merasakan
hangat dan manis disetiap teguk pertama seperti awal sebuah pertemuan antara
kita. Berdua. Tercium pekatnya aroma, lambangkan rasa nyaman, antara sepasang
telinga terhadap setiap susunan kata dan cerita tentang luka lama yang telah
kehabisan tangisnya. Saat itu rasi bintang bersaing dengan cerahnya rembulan,
berlomba – lomba menjadi saksi dari asyiknya sepasang bibir dalam perbincangan antara
kita.
Namun.
Seiring lontaran tawa dan canda semakin
menjadi, saat itu juga hangatnya kopi perlahan pergi. Dimana manisnya tiba tiba
tak terasa.
Hambar dirasa…
Disaat aku tahu…
Bahwa…
Kamu telah kembali pulang pada pelukan lama.
Tak mungkin
secepat itu kau lupa
Air mata
sedihmu kala itu
Mengungkapkan
semua kekuranganya
Dariku yang
tidak ia punya
Daya pikat
yang memang engkau punya
Sungguh –
sungguh ingin aku lindungi
Dan setelah
luka – lukamu reda
Kau lupa aku
juga punya rasa
Tulus –
Langit Abu - Abu
Dan
kini.
Tegukan terakhir pada kopi dalam
cangkir, telah sisakan hampas, pada pahitnya sebuah cerita yang tak tuntas. Bersamaan
dengan kamu yang telah bergegas untuk kembali tinggalkan luka yang tak pantas. Rembulan
tak berkata, cahaya bintang pun takan pernah bertanya, tentang mengapa bisa kau
tingalkan sepasang telinga yang selalu ada tuk setiap cerita, dalam lelah
penatmu diujung senja.
Dan malam ini, di tempat yang kini
takan lagi kamu singgahi aku mencoba menatatap kepulan dari secangkir kopi,
berhayal akan hadir kembali ceritamu yang memenuhi isi telingaku seperti saat
awal bertemu. Hingga akhirnya kepulan tersebut hilang, menguap bersama sosok
yang nyatanya telah pulang.
Maka untuk terakhir kalinya
izinkanlah aku membanggakan hatiku yang kembali serupa cangkir yang hanya
berisi endapan pahit akan luka yang tak pernah kusangka. Dan disini aku
terlambat untuk mengerti, bahwa kopi tak pernah bisa menemani mereka tuk
mempertahankan sebuah harapan. Namun kopi, hanya tepat untuk mereka yang
terluka, tanpa sebuah cerita untuk kembali didengarkan.
Bandung, Oktober 2017
Rizkiamyusuf
*bersama hujan, kopi dan lagu TULUS - LANGIT ABU ABU