Wednesday 14 March 2018

SEPASANG IRONI


Raut senang sungkan tersenyum, jadikan angkasa lebih memerah saat lelah banyak tergambar dari hiruk pikuk jalan raya yang mulai tergesa-gesa. Matamu terpejam kala dingin mulai meraba pada senja yang tak lagi hangat. Masih saja ku ingat saat kita bersama, belajar di tempat yang sama, menyusur jalan yang sama, merangkul melawan dinginnya sore, meretas ragu walau tak bertuju, jadikan kita sepasang jumpa yang kini sama-sama hilang.
Setiap sore, obrolan semakin diobral habis, segala hal yang tak perlu seakan penting diungkap, apalagi hal-hal yang pernah kita anggap penting. Walau masih berseragam, perbincangan kita telah banyak beragam, mulai dari sebuah tanya cerita, ajakan jalan, obrolan picisan, hingga jadwal kangen-kangenan seakan menjadi fenomena tanpa kesudahan. Candaan garing selalu menjadi pamungkas andalan untuk tumbuhkan sedikit senyum di depan gerbang rumahmu, yang kemudian muncul lah celetukan menyindir darimu yang bermetamorfosa menjadi ungkapan sayang paling sederhana. Setidaknya dari itu aku bisa membuatmu sedikit senang, walau akhirnya sama-sama pergi tanpa tenang.
Entah apa pikirku untuk bisa bersama mu, untuk harus menjagamu, walau nyatanya kamu tak pernah meminta itu. Aku yang sering berusaha menjadi nomor satu, walau sering kali tersedak perih sendiri karena ingin menjadi prioritas namun tak sanggup kau balas. Hingga semua terus terjadi, berulang dan berulang. Disitulah rasa sakit dariku bertemu dengan rasa muak darimu, jadikan kita sepasang yang mengingatkan, untuk saling lupakan.
Sederhana saja, takan pernah ada hujan yang tidak meninggalkan bekas, sekecil apapun ia turun jalanan akan tetap terlihat basah, yang setelahnya akan menjadi pilihan kita untuk menikmati atau menyesali. Dan maafkan aku bila pernah begitu deras mencintaimu, ciptakan genangan dari sejuta kenangan yang kini tak kunjung surut. Dulu, aku begitu ingin mencintaimu dengan sederhana, namun begitu aku mencoba, baru aku sadar belakangan, bahwa cinta paling sederhana ialah cinta paling rumit adanya, jadikan kita sepang kerinduan yang tak berharap adanya pertemuan.

14/03/18
Rizkia M Yusuf