Friday 22 December 2017

AROMA PAGI


Dingin udara yang menusuk sukmaku pagi itu, berhasil membuat raga kembali terbangun dari hamparan ladang sejuta impi tak terukur. Bosan memang rasanya mencium aroma pagi tanpa sapamu lagi, membuka  mata tanpa nyala ponselku lagi. Hingga setelahnya kembali lagi dan lagi ku seduh secangkir kopi, sebagai pelarai aroma pagi atas hati yang tak pernah bisa berdamai, atas hilangmu saat langkahku yang kian gontai.
Serupa kopi pagi ini, semoga pahit akan cepat menguap menjadi kepulan di udara yang selanjutnya ku hirup sebelum semuanya menghilang. Dengan begitulah aku ingin kamu tahu, betapa sederhananya saat aku menikmati luka di pagi yang ku rasa hampa.
Hingga cangkir pun telah sisakan pahitnya hampas, ia bercerita bahwa selalu ada hangat yang akan mengunjungi pagi mu sebelum pahit menyentuh bibir yang selalu terasa manis saat mengucap rindu di setiap senjanya.
Hangat surya terus mendesak raga untuk tak lagi berpijak, namun hati terus saja mengajak k uterus berdebat, tentang mengapa bisa sebuah rasa tiba – tiba hilang padahal tak ada badai yang membentang. Hingga otak akhirnya bertindak, ia mencoba untuk berdialog dengan setiap rasa yang ia punya, sembari berkata ia pun menutup kegelisahan yang hati rasakan , “Akan datang sebuah alasan kepergian, disaat satu perpisahan berada diujung kenangan.”

Rizkia M Yusuf, 12-11-17

No comments:

Post a Comment