“Nyaman mengejar lalu
memendam, karena bahagia darimu belum tunjukan kepastian”
Mengharapkanmu pernah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan, bahkan kala aku kamu biarkan berlari tanpa berujung memiliki.
Saat yang ada di isi kepala hanya kamu, aku merasa diwarnai, dan padamu, jatuh
cinta pernah bermakna bahagia. Entah aku yang masih terlalu takut menerima
kenyataan buruk darimu bila harus ku ungkap semua rasa ini, atau memang
kamu-nya saja yang terlalu hebat membuat seseorang nyaman walau tanpa harus
jadi yang kamu miliki.
Dari
sejak itu, aku semakin damai dalam mimpi-ku sendiri, berangan kan bisa
menggenggam erat setiap sela jarimu, merangkul hangat setiap gundahmu, memeluk
penuh semua kesalmu, walau ku sadari, semua tak pernah kembali.
Andai
saja kamu saat itu tidak dimiliki, atau tuhan mengizinkan aku yang menemukanmu
pertama kali, mungkin memendam cinta tak pernah menjadi sepanjang ini. Harus
lagi-lagi mengalah saat hangat sapa-mumemudar karena bukanlah aku yang menjadi
prioritas bagi kerinduanmu – melainkan Ia yang seringnya kamu ceritakan sebagai
ketidakpastian bila disandingkan dengan masa depan.
Tapi
yang payah tetaplah aku, sesibuk apapun Ia yang katanya memilikimu, sesulit
apapun hadirnya untukmu, setidaknya Ia telah menjadi seseorang yang pernah jujur atas segala perasaannya padamu,
mengungkap setiap gundahnya, hingga akhirnya kamu izin kan ia sebagai pengisi
hati yang paling kamu percayakan, sedangkan tidak denganku, yang mengaku saja
rindu tapi tak pernah berani ungkapkan sebuah rasa yang harusnya bertamu.
Dihatimu,
aku tak pernah punya tempat, namun dihatiku, kamu selalu menjadi yang paling
dekat, melekat rekat, tanpa ada yang menggugat. Beberapa hati sempat hadir
namun kamu lagi yang selalu juara diakhir.
Baikalah,
karena tak mungkin bagiku menunggumu berakhir, maka izinkanlah jika aku memang
harus terus memendam semua ini hingga akhir. Aku tak bisa janjikan apapun
untukmu, karena aku sendiri tau, bila kamu tak pernah menunggu janji, baik saat
sendiri, apalagi saat dimiliki.
Padamu cinta ini terukir ;
masih setia menunggu,
dalam nyamannya persembunyian
tanpa akhiran.
…