Friday 4 May 2018

RUANG KEMBALI




Unggahlah sepuasnya, bunuhlah semaunya, jangan kembali bila air mata menyapamu lagi.

                Sepertimu, menyematkan bahagia pada lini masa di sosial media, takan pernah sepadan dengannya yang membilas luka - luka sendirian. Ia yang sangat faham arti memiliki, terlanjur begitu dalam untuk mengarungi tingginya impi yang ada padamu. Sayangnya, seringkali kamu tak pernah mau memesan apa yang bisa ia sediakan. Ia yang dirasuki besarnya perasaan, namun kamu anggap suatu hal pembodohan.

                Ia yang selalu salah untuk keseriusan sebuah rasa, bersama secangkir kopi yang kamu balas maaf, sebab kamu tak bisa berteman dengan pahit. Ia yang selalu mengaduk senyummu, merangkum sedihmu menjadi manis di setiap tegukan, yang tak lama darinya, kamu lebih rindukan sebuah hangat yang kamu anggap lebih pasti. Lalu ia datang kembali, bersama sepiring sapaan hangat di setiap malam juga pagi, meski setelahnya kembali pergi, dan tak semua darinya kamu cicipi. Ia yang terus datang, berusaha mempertujukan tentang apa yang bisa kamu pesan dari besarnya perasaan. Namun memang, kamu lebih suka memesan ganggaman lain, yang hangat dan lebih manis, namun begitu pahit untuk sebelah pihak.

                Ia yang terlalu percaya tak ada cinta yang bertepuk sebelah tangan, secara tak sadar telah mengukir tombak untukmu menikam jantungnya sendirian.  Ia yang meronta kala kamu nyenyak, sebab ribuan sapa, seru dan tawa hanya mengalir kembali pada telinganyanya, begitu dingin tanpa hangatnya balasan.

                Lama – lama dirasa, kamu pun melihat ia terlelap di antara deru riang jangkrik yang sibuk mengukir malam. Hingga nyatanya, tanpa kamu sadar,ia yang telah terlelap penuh kerelaan dengan tega kembali kamu bangunkan oleh setes air mata dari entah siapa. Ia yang lelah disekap rindu tak tentu, tak pernah ada kecewa untuk menantikanmu. Namun jangan menganggap bila menanti sesuatu yang berpaling akan menjadi mudah. Dapatkan kamu ungkapkan sebuah persaan saat senyuman yang seringkali mengisi bayangan di kornea, seketika kosong tak berisi dan hilang ? kurasa itu akan cukup sulit.

                Semudah mengunggah mesra, sembari menikam yang benar – benar berusaha, jika bagimu tak sulit untuk pergi, maka pergilah, bunuh, dan tinggalkan. Jangan kembali ketika ia sedang mengubur rasanya dalam – dalam, karena takan mudah bangkitkan kembali rasa yang telah mati.

                Jika Ia yang pandai merindu memang sering buatmu menatapnya penuh bosan di setiap waktu, sudahlah tinggalkan, lalu buatnya hilang di dalam fantasinya yang melayang.karena rasa sangat sederhana baginya, jika tanpa air mata yang kembali mudik setelah rasa sepenuhnya mati. Ia tak penah ingin menjadi bising kala kamu terlelap, begitupun menjalema kecewa pada setiap tawamu yang tercipta, walau tanpanya.

Bandung, 030518
Rizkia M Yusuf