Buat kita
yang lumpuh setelah terjatuh.
Jangan penah
berfikir untuk cepat kembali sembuh.
Hargai lukamu,
sebagai rasa sakit paling menyenangkan.
Karena sekarang,
bagi kita, bahagia tidak lagi, sederhana.
Baiklah,
sampai manakah cerita kita ? Eh, maaf. Maksudku,
Sudah sampai
manakah lukamu ?
Sudah merasa sembuh ?
atau semakin runtuh?
Waktu
telah lama berlalu, namun kamu masih saja berdiam disitu, menelan luka, menahan
pedih, merintih perih bersama jiwa kesepian yang kini letih. Letih tertindih
kekecewaan teramat pedih sepeninggalan sang kekasih.
Apalagi
setelah semuanya, ternyata kini kau melihat dirinya yang pernah kau puja telah
pergi bersama angan barunya. Ah sudahlah .
BANGUNLAH
! TEMUKANLAH ! BERSEMANGATLAH !
Setidaknya
itulah yang sering kau dengar dari teman temanmu bukan? yang faktanya mereka tidak
pernah merasakan seperti apa pahitnya kehilangan setelah dipatahkan ! Namun tak
apa, hargailah dan terimalah persembahan kata dari mereka yang tak lelah
berteriak, dan yang memberimu semangat dari atas jurang, yang sekarang bagimu
itu adalah sebuah sarang dimana semua lukamu telah bersemayam.
Tapi
apa dengan semangat mereka, lantas kau akan bisa kembali sembuh?
Tenanglah
kawan, di dalam jurang ini kamu tidak pernah sendirian. Banyak sekali orang
orang yang pernah dijatuhkan dengan cara yang lebih kejam dari pada saat kau
dipatahkan. Cobalah telaah, ayolah, ternyata banyak sekali kau temukan mereka
yang lebih merasa lumpuh darimu, karena terjatuh lebih tinggi lagi dari
harapnmu yang dulu.
Karena
disini, yang terluka takan pernah sendiri.
Berjalanlah
semaumu, karena setelah ini tak ada lagi yang ada memarahimu, sejauh mana
kakimu melangkah, takan pernah ada lagi yang takut merasa patah, dan selama apapun ponselmu
aktif, takan pernah ada lagi yang berusaha menjadi possessive.
Berdiam
dulu, santailah saja dulu, nikmati lukamu.
Disini
kau akan bebas merindu, tanpa sebuah keharusan untuk bertemu. Tak ada salahnya
sejenak tertawa walau takan lagi bersama. Selagi perih dan sakit, bukalah pikiran
dan perasaanmu untuk kembali mengenang masa masa yang kini kau anggap benar
benar bodoh itu. Biarkanlah sakitmu menjadi alasanmu bergembira, dan disaat itu
juga kau telah temukan cara bagaimana berteman dengan luka.
Cobalah
kopi, tapi kali ini tanpa gula, agar kau juga belajar bagaimana cara menikmati
pahitnya sebuah jamuan, yang diseduh oleh hangatnya dari setiap duka yang tercipta.
Lalu
pilihlah tempat duduk paling sepi, karena setelahnya kamu harus berkenalan
dengan teman barumu yang bernama “kesendirian”.
Tenanglah,
kesendirian tidak akan berbuat jahat padamu.
Sebaliknya,
dia akan selalu senantiasa menemanimu, dalam setiap langkah kaki kakimu yang
kian gontai. Dia bukanlah gurumu, namun, dengan kesendirian itulah, kau akan
tahu bagaimana cara berjabat tangan dengan harapan tanpa penjanjian. Kamu akan
mengerti tentang bagaimana caranya memeluk dari kejauhan. Lalu tentang cara
menanti walau tanpa rasa pasti. Dan bagaimana cara melupakan harapan dengan
bertahan di atas pelataran kesedihan.
Hehe,
Kurasa
dengannya kau takan pernah mau untuk kembali sembuh.
Kau
akan senang untuk terus mengayuh untaian masa lalu yang kian kelabu, mengingat
kembali setiap keringat yang pernah jatuh, dimana setiap ucapan "sayang" mampu membuatmu
tunduk dan patuh, walau sekarang rasamu hanya tersisa dari separuh yang tak
lagi utuh.
Karena
mengenang, adalah cara terbaik tuk lupakan.
Lambat
laun kamu akan merasa bosan untuk mengayuh kembali setiap kenangan, dimana
setiap ingatan hanyalah sebatas ingatan. Dan ketika itu, bersiaplah.
Setelah
jatuh, tak lama sosok baru akan hadir.
Memang semua akan kembali terasa baru, ketika
dengan canggung ia menggenggam tanganmu, seakan mengisi kembali hangatnya di
setiap sela jemarimu, mendengarkan curhatmu, memfasilitasi ruang baru untuk
mendengarkan setiap keresahanmu.
Tapi janganlah mudah berharap.
Terkadang.
Setelah luka telah reda,
Seorang
akan hadir dengan tiba tiba,
menghapus ingatan lama, menyeka setiap luka,
menutupi semua duka. NAMUN, tidak untuk selamanya.
Dan disinilah kamu mulai merasa bingung, antara
ingin sembuh dari luka, dan hati yang belum siap kembali terluka.
ditulis untuk teman temanku yang takut terluka.
Bandung,2017
Genggam erat,
rizkiamyusuf
No comments:
Post a Comment