Sunday 20 August 2017

SEBELUM BAHAGIA :Bagian 2

Buat kita yang lumpuh setelah terjatuh.
Jangan penah berfikir untuk cepat kembali sembuh.
Hargai lukamu, sebagai rasa sakit paling menyenangkan.
Karena sekarang, bagi kita, bahagia tidak lagi, sederhana.


Baiklah, sampai manakah cerita kita ?  Eh, maaf. Maksudku,

Sudah sampai manakah lukamu ?
Sudah merasa sembuh ?
atau semakin runtuh?

                Waktu telah lama berlalu, namun kamu masih saja berdiam disitu, menelan luka, menahan pedih, merintih perih bersama jiwa kesepian yang kini letih. Letih tertindih kekecewaan teramat pedih sepeninggalan sang kekasih.
                Apalagi setelah semuanya, ternyata kini kau melihat dirinya yang pernah kau puja telah pergi bersama angan barunya. Ah sudahlah .

                BANGUNLAH ! TEMUKANLAH ! BERSEMANGATLAH !

                Setidaknya itulah yang sering kau dengar dari teman temanmu bukan? yang faktanya mereka tidak pernah merasakan seperti apa pahitnya kehilangan setelah dipatahkan ! Namun tak apa, hargailah dan terimalah persembahan kata dari mereka yang tak lelah berteriak, dan yang memberimu semangat dari atas jurang, yang sekarang bagimu itu adalah sebuah sarang dimana semua lukamu telah bersemayam.


                Tapi apa dengan semangat mereka, lantas kau akan bisa kembali sembuh?


                Tenanglah kawan, di dalam jurang ini kamu tidak pernah sendirian. Banyak sekali orang orang yang pernah dijatuhkan dengan cara yang lebih kejam dari pada saat kau dipatahkan. Cobalah telaah, ayolah, ternyata banyak sekali kau temukan mereka yang lebih merasa lumpuh darimu, karena terjatuh lebih tinggi lagi dari harapnmu yang dulu.

                Karena disini, yang terluka takan pernah sendiri.

                Berjalanlah semaumu, karena setelah ini tak ada lagi yang ada memarahimu, sejauh mana kakimu melangkah, takan pernah ada lagi yang takut merasa patah, dan selama apapun ponselmu aktif, takan pernah ada lagi yang berusaha menjadi possessive.

                Berdiam dulu, santailah saja dulu, nikmati lukamu.

                Disini kau akan bebas merindu, tanpa sebuah keharusan untuk bertemu. Tak ada salahnya sejenak tertawa walau takan lagi bersama. Selagi perih dan sakit, bukalah pikiran dan perasaanmu untuk kembali mengenang masa masa yang kini kau anggap benar benar bodoh itu. Biarkanlah sakitmu menjadi alasanmu bergembira, dan disaat itu juga kau telah temukan cara bagaimana berteman dengan luka.
                Cobalah kopi, tapi kali ini tanpa gula, agar kau juga belajar bagaimana cara menikmati pahitnya sebuah jamuan, yang diseduh oleh hangatnya dari setiap duka yang tercipta.
                Lalu pilihlah tempat duduk paling sepi, karena setelahnya kamu harus berkenalan dengan teman barumu yang bernama “kesendirian”.

                Tenanglah, kesendirian tidak akan berbuat jahat padamu.

                Sebaliknya, dia akan selalu senantiasa menemanimu, dalam setiap langkah kaki kakimu yang kian gontai. Dia bukanlah gurumu, namun, dengan kesendirian itulah, kau akan tahu bagaimana cara berjabat tangan dengan harapan tanpa penjanjian. Kamu akan mengerti tentang bagaimana caranya memeluk dari kejauhan. Lalu tentang cara menanti walau tanpa rasa pasti. Dan bagaimana cara melupakan harapan dengan bertahan di atas pelataran kesedihan.
               
                Hehe,
                Kurasa dengannya kau takan pernah mau untuk kembali sembuh.


                Kau akan senang untuk terus mengayuh untaian masa lalu yang kian kelabu, mengingat kembali setiap keringat yang pernah jatuh, dimana setiap ucapan "sayang" mampu membuatmu tunduk dan patuh, walau sekarang rasamu hanya tersisa dari separuh yang tak lagi utuh.

                Karena mengenang, adalah cara terbaik tuk lupakan.


                Lambat laun kamu akan merasa bosan untuk mengayuh kembali setiap kenangan, dimana setiap ingatan hanyalah sebatas ingatan. Dan ketika itu, bersiaplah.


                 Setelah jatuh, tak lama sosok baru akan hadir.

          Memang semua akan kembali terasa baru, ketika dengan canggung ia menggenggam tanganmu, seakan mengisi kembali hangatnya di setiap sela jemarimu, mendengarkan curhatmu, memfasilitasi ruang baru untuk mendengarkan setiap keresahanmu.

                 Tapi janganlah mudah berharap.
                 Terkadang.
                 Setelah luka telah reda,
                 Seorang akan hadir dengan tiba tiba,

menghapus ingatan lama, menyeka setiap luka, menutupi semua duka. NAMUN, tidak untuk selamanya.



Dan disinilah kamu mulai merasa bingung, antara ingin sembuh dari luka, dan hati yang belum siap kembali terluka.



ditulis untuk teman temanku yang takut terluka.
Bandung,2017

Genggam erat,
rizkiamyusuf


No comments:

Post a Comment